Rabu, 23 Februari 2011

Niti sastra

Kewajiban generasi muda adalah melestarikan warisan dari para pendahulunya, warisan Ilmu dan budaya yang bermanfaat bagi kehidupan ini. Negeri Eropah, Cina, India, Jepang adalah negara-negara yang sangat menghormati pendahulunya, mereka rajin mendokumentasikan pernik-pernik ilmu dan budaya sehingga bisa diwarisi hingga kini.
Dalam bidang manajemen, negeri kita cukup kaya dengan warisan ajaran-ajaran mulia tentang kepemimpinan. Tidak heran bila negeri ini ratusan tahun silam disegani di manca negara sebagai negara yang kuat, negara besar, negara yang maju peradabannya.
Berbicara mengenai kempemimpinan/leadership kita tidak lepas dari dua kata kapabilitas (kemampuan) dan akseptabilitas (diterima). Pada dasarnya hanya ada dua pilihan bila kita hidup dalam suatu perkumpulan, yakni sebagai Pemimpin atau sebagai yang dipimpin yang lazim di sebut anggota. Sebagai anggota yang baik, kita harus memiliki loyalitas, patuh dan taat pada perintah atasan sebagai pemimpin dan rela berkorban serta bekerja keras untuk mendukung atasan dalam pencapaian tujuan yang dalam ajaran agama Hindu, disebut Satya Bela Bhakti Prabhu.
Sedangkan sebagai pemimpin, harus mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memimpin (kapabilitas) serta dapat diterima oleh yang dipimpin ataupun atasannya (akseptabel).
Kemampuan dalam arti mampu memimpin, mampu mengorbankan diri demi tujuan yang ingin dicapai, baik korban waktu, tenaga, materi dll serta dapat diterima, dalam arti dapat dipercaya oleh anggota masyarakatnya dan pejabat yang di atasnya.
Untuk suksesnya pencapaian tujuan suatu perkumpulan, sangat tergantung dari proses kerjasama dan rasa saling membutuhkan antara anggota dengan pemimpinnya.Didalam Kitab Niti Sastra Bab I sloka 10, hubungan erat antara pemimpin dan anggota diibaratkan seperti hubungan Singa dengan hutan, sebagai berikut :
“Singa adalah penjaga hutan. Hutan pun selalu melindungi Singa, Singa dan hutan harus selalu saling melindungi dan bekerjasama. Bila tidak atau berselisih, maka hutan akan hancur dirusak manusia, pohon-pohonnya akan habis dan gundul ditebang, hal ini membuat singa kehilangan tempat bersembunyi, sehingga ia bermukim dijurang atau dilapangan yang akhirnya musnah diburu dan diserang manusia.”
Hubungan kerja sama yang saling membutuhkan ibaratnya “Singa dengan Hutan” perlu diterapkan oleh pemimpin dan masyarakatnya, sehingga dapat sukses dalam mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Tidak ada pemimpin yang sukses tanpa didukung masyarakatnya, demikian sebaliknya.
Kriteria kepemimpinan menurut Pustaka Niti Sastra :
  1. Abhikamika
    Pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan mengutamakan kepentingan rakyat banyak dari pada kepentingan pribadi atau golongannya.
  2. Prajna
    Pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu pengetahuan teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi rakyatnya.
  3. Utsaha
    Pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif dan inovatif (pelopor pembaharuan) serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan rakyat.
  4. Atma Sampad
    Pemimpin mempunyai kepribadian : berintegritas tinggi, moral yang luhur serta obyektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan demi kemajuan bangsanya.
  5. Sakya Samanta
    Pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan (efektif, efisien dan ekonomis) dan berani menindak secara adil bagi yang bersalah tanpa pilih kasih/tegas.
  6. Aksudra Pari Sakta
    Pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan dan rakyatnya.
Saat ini negeri kita mangalami krisis para pemimpin sejati, yang bener-benar memimpin menggunakan logika dan hati, menggunakan keahliannya memimpin guna mewujudkan tujuan bersama yaitu kemakmuran dan sejahteraan bersama.
Mudah-mudahan dengan semakin tingginya perkembangan teknologi yang memudahkan kita dan generasi muda untuk mengakses segala informasi dan ilmu, bisa dimanfatkan untuk menghasilkan para pemimpin sejati. Belajar dari sejarah, menghargai warisan leluhur untuk terus mengembangkan ilmu dan kebudayaan pada tataran yang mumpuni sehingga senantiasa disegani oleh setiap pendatang dan setiap bangsa maupun negara di dunia ini maupun di dunia lain.