Kamis, 10 Februari 2011

Apakah Itu Cinta?

oleh: I Made Diarsana, 05 pebruari 2011
Om Swastyastu,
Umat Se-Dharma Yang Berbahagia, untuk lebih memahami makna cinta, kita mestinya bisa bercermin kepada reaksi dan keadaan yang ada di sekitar kita. Lihatlah bunga mawar, mungkinkah bunga mawar itu mengatakan: “Saya akan memberikan keharumanku hanya kepada orang yang berhati baik dan tidak kepada orang yang berhati jahat" ?. Dapatkan kita membayangkan sebuah lampu menolak bersinar karena akan dipakai oleh orang jahat ?. Lampu dapat melakukannya hanya kalau ia berhenti menjadi lampu. Lihatlah sebatang pohon tanpa pilih kasih memberikan tempat berteduh bagi setiap orang, baik dan buruk muda dan tua, tinggi dan rendah, kepada binatang, manusia,dan setiap makhluk hidup, bahkan kepada orang yang siap siap menebangnya. Jadi inilah sifat pertama dari CINTA yaitu tidak membeda-bedakan.
Sifat CINTA yang kedua adalah cuma-cuma atau tanpa pamrih. Seperti pohon, mawar dan lampu, cinta itu memberi dan tak meminta balas jasa. Betapa kita memandang rendah kepada pria yang memiliki istri bukan berdasarkan sifat yang dimiliki calon istri, melainkan jumlah uang yang dibawa sebagai mas kawinnya. Pria semacam itu hanya mencari keuntungan finansial yang dibawa wanita itu, bukan mencintai wanitanya.
Apakah cinta Anda berbeda bila Anda sendiri mencari teman yang memberikan kepuasan emosional dan menghindari yang tidak, bila kita bersifat baik kepada orang orang yang memenuhi keinginan dan harapan-harapan kita dan bersikap negatif dan tidak acuh terhadap mereka yang tidak? Dalam hal ini hanya ada satu yang kita perbuat untuk mencapai cinta yang tanpa pamrih itu, yaitu dengan jalan membuka mata dan melihat. Cukup melihat saja, menyingkapkan apa sesungguhnya yang selama ini kita sebut cinta. Apakah hanya sebagai kamuflase atas egoisme dan keserakahan kita saja?. Dengan melihat, kita mengambil langkah besar ke dalam Cinta yang tanpa pamrih.
Sifat CINTA yang ketiga adalah ketidak-sadaran diri. Cinta begitu membahagiakan, dengan mencintai, orang tidak sadar akan dirinya. Seperti lampu yang senantiasa bersinar tanpa perduli bermanfaat atau tidak. Seperti bunga mawar yang menebarkan keharumannya begitu saja tanpa peduli ada atau tidak orang yang mencium keharumannya. Seperti pohon yang memberikan keteduhan.
Cahaya, keharuman, dan keteduhan ada bukan karena ada manusia atau mati bila tidak ada manusia. Mereka ini, seperti juga cinta, lepas dari manusia. Cinta begitu saja ada, tanpa perlu memiliki obyek. Merekapun begitu saja ada, terlepas apakah mereka menguntungkan seseorang atau tidak. Jadi mereka tidak mempunyai kesadaran akan mendapatkan nilai atau berbuat baik. 
Sifat terakhir dari CINTA adalah bebas. Saat paksaan, kendali, atau konflik muncul, cinta bisa mati. Pikirkan bagaimana pohon, mawar, dan lampu membiarkan kita sungguh-sungguh bebas. Pohon tidak akan berusaha menarik kita ke dekatnya untuk berteduh, biarpun kita berada di terik matahari. Lampu tidak akan memaksakan cahayanya biarpun kita sedang terseok-seok dalam kegelapan.
Pikirkan sejenak saat-saat ketika kita menyerah pada paksaan dan kendali orang lain, karena ingin bertindak sesuai dengan harapan mereka dalam usaha membeli cinta dan penerimaan dari mereka, atau karena kita takut kehilangan mereka. Setiap kali kita menyerah pada kendali dan paksaan, kita akan merusak kemampuan kodrati kita untuk mencintai, karena kita hanya dapat melakukan apa yang orang lain – dengan seijin kita – lakukan terhadap diri kita. Oleh karena itu renungkanlah semua kendali dan paksaan dalam hidup kita. Kiranya perenungan itu sendiri akan menghancurkan kendali dan paksaan. Saat paksaan dan kendali itu hilang, kebebasan akan muncul. Kebebasan adalah kata lain untuk CINTA. 
Semoga berguna,
Om Santih, Santih, Santih, Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar